Astana Giribangun is a family tomb for the former president of Indonesia to-2, Suharto. Located in the eastern city of Surakarta, Indonesia, precisely in the Village Girilayu, District Matesih, Karanganyar District, History of Astana Giri Bangun dibangunsendiri originally in 1974 by the Foundation Mangadeg Surakarta, and opened in the year 1976. The inauguration was marked by the removal of the remains Soemaharjomo (Soharto Tien's father) and Siti Hartini Oudang (Ibu Tien's eldest brother), both of which were previously buried in the Tomb Utoroloyo, one big family tomb Mangkunegaran descent residing in the city of Solo.
This tomb was built on a hill, just below the Astana Mangadeg, complex burial Mangkunegaran rulers, one fraction of the Sultanate of Mataram. Astana Mangadeg at an altitude of 750 meters above sea level, while Giribangun at 666 meters above sea level. Buried at Astana Mangadeg Mangkunegara (MN) I aka Prince Sambernyawa, MN II and MN III.
Election under Mangadeg position is not without reason; to remain saluting rulers Mangkunegaran, Ibu Tien Suharto was given the hereditary Mangkunegoro III. This tomb complex has three levels of the cupola (the tomb building): Argo Sari teletak cupola in the middle and highest, at bottom, there is a cupola Argo Flower, and the bottom is the main cupola Tuwuh.Pintu Astana Giribangun Argo is located on the north side. Directly adjacent to the southern side of the ravine which flows beneath Kali Samin a beautiful winding area is seen from the grave. There is also a door in the east of the tomb complex is a direct access to the Astana Mangadeg.
Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya. Di antaranya adalah masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto jika berziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga.
Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas. Di masa Soeharto berkuasa, di areal ini terdapat puluhan kios pedagang yang berjualan suvenir maupun makanan untuk melayani peziarah dan wisatawan. Namun kini di tempat itu tidak diizinkan lagi menjadi tempat berjualan dengan alasan keamanan dan ketenangan.
Argo Sari
Makam yang luas itu terdiri dari beberapa bagian. Di antaranya adalah bagian utama yang disebut Cungkup Argosari yang berada di dalam ruangan tengah seluas 81 meter persegi dengan dilindungi cungkup berupa rumah bentuk joglo gaya Surakarta beratap sirap. Dinding rumah terbuat dari kayu berukir gaya Surakarta pula.
Di ruangan ini hanya direncanakan untuk lima makam. Saat ini paling barat adalah makam Siti Hartini, di tengah terdapat makam pasangan Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien) dan paling timur adalah makam Ibu Tien Soeharto. Tepat di sebelah barat makam Ibu Tien terdapat makam Soeharto.
Masih di bagian Argosari, tepatnya di emperan cungkup seluas 243 meter persegi, terdapat tempat yang direncanakan untuk makam 12 badan.
Di beranda cungkup seluas 405 meter persegi terdapat areal untuk 48 badan. Yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah penasihat, pengurus harian serta anggota pengurus Yayasan Mangadeg yang mengelola pemakaman tersebut. Termasuk yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah pengusaha Sukamdani Sahid Gitosardjono beserta istri.
Argo Kembang
Bagian yang berada di luar lokasi utama adalah Cungkup Argokembang seluas 567 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 116 badan. Yang dapat dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang dianggap berjasa kepada yayasan yang mengajukan permohonan untuk dimakamkan di astana tersebut.
Argo Tuwuh
Paling luar adalah Cungkup Argotuwuh seluas 729 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 156 badan. Seperti halnya Cungkup Argo Kembang, yang berhak dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang mengajukan permohonan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar